PERATURAN

TOLONG PATUHI PERATURAN INI READERS^^


1. DILARANG MENJIPLAK!
2. DILARANG UNTUK TIDAK KOMEN. SEENGGAKNYA TOLONG HARGAI SEMUA KARYA-KARYA AUTHOR ^^
3. JANGAN COPY-PASTE ATAU SEBAR LUASKAN FF DI BLOG INI TANPA PERSETUJUAN AUTHOR!


-KAMSA-

Jumat, 12 Juli 2013

ILLA ILLA Good Bye My First Love


 
ILLA ILLA
Good Bye My First Love

Title     : Illa Illa, Good Bye My First Love
Year     : 2013, January
Casts    : Kim KAI (Kim Jong In) – EXO
              Jung KRYSTAL (Jung Soo Jung) – f(x)
              And find it by your self.. ^^
Rating  : PG – 15
Genre  : Romance
Note    : Cerita ini Cuma fiktif belaka. Ini FF one shot kedua saya setelah FF One Shot perdana sekaligus pertama saya ‘Reset’ (2012). Seperti One Shot saya sebelumnya, One Shot kali ini juga terinspirasi dari salah satu lagu favorit saya, kali ini lagu Juniel – iLLa iLLa. Tapi One shot kali ini, pembaca harus muter otak mungkin agar ngeh, dengan maksud yang saya bikin. Karena flashback , sisipan lirik, dan Kai POV yang sengaja tidak saya beri keterangan hehe *devil smile. Maaf jika typo masih bertebaran disana sini. And say thx for my friend Ega, who was give me big inspiration to make this FF. hoho
Hope You Like it ^^  






When the warm and scented wind passes by my cheeks
 I think of your face that I used to love

Aku membuka mata ketika desir angin dari jendela yang sedikit terbuka membelai pipiku. Ku lihat disekitarku, mendapati diriku tidak bergerak di dalam bus ini. Aku menoleh, memandang bangku penumpang disampingku. Tidak ada seorangpun disana. Aku menelan ludah. Bodoh. Apa yang sedang kuharapkan? Senyum manis itu, tidak mungkin lagi ada disana. Wajah yang kurindukan itu, tidak mungkin lagi ada disana. Tidak mungkin.

When the wild, unknown flowers bloom hidden on the streets
I think of you whom I hide away in my memories
Aku menghela nafas panjang. Langkahku terhenti di tepi jalan raya yang sepi lenggang oleh kendaraan. Di tepi trotoar, diantara dua pohon pinus yang tumbuh tinggi. Disana ada bunga liar yang tumbuh merambat. Bunganya berwarna kuning cerah. Dulu, ada sesorang yang sangat suka memetiknya dan memberikan padaku sebagai hadiah kecil. Seseorang itu, ialah gadis manis dengan matanya yang indah. Cinta Pertamaku.

My baby illa, illa, illa,

***


“K-Kim Jong In”
Suara lemah itu membuat mata Jongin semakin panas dan mengeratkan pelukannya. Sulit bagi pemuda itu untuk mengulur titik air yang telah menggumpal di ujung matanya.
.
.
.
.
Seoul. Kota yang penuh dengan berjuta pesona itu terlihat mulai lelah. Matahari mulai letih untuk tersenyum. Ia berangsur-ansur terlelap. Jalan raya yang tadinya ramai, berubah menjadi lebih hidup dengan lampu-lampu kendaraan yang menyilaukan. Seakan mereka terbebas dan siap untuk berpesta pora meninggalkan siang yang menjemukan.
Sebuah bus yang terlihat renta namun kuat itu bergerak diantara kendaraan lain yang memadat di jalan raya. Dari jauh, terlihat lampu lalu lintas yang gagah tertancap di ujung jalan. Lampu merahnya yang bersinar lantang, membuat kendaraan-kendaraan berhenti, termasuk bus tua itu.
Sembari menunggu, sang Sopir terlihat melirik spion besar yang berada di tengah kaca depan bus. Memeriksa ada berapa jumlah penumpang yang tersisa. Dilihatnya hanya tinggal dua orang disana. Seorang pemuda jangkung dengan matanya yang tajam dan seorang gadis manis yang duduk disamping sang pemuda.
Tidak ada yang dapat membaca pikiran si pemuda saat itu, sang Sopir pun tidak. Siapa yang tahu sesungguhnya ia sedang sangat bahagia meski tidak dapat mengekspresikan rasa itu lewat sebuah senyuman. Sang pemuda, sedari tadi hanya diam menatap kagum wajah seorang gadis cantik yang tengah duduk dengan anggun disampingnya. Menurutnya, tidak ada pemandangan yang lebih menarik dari pada gadisnya. Gadis itu, Jung Soo Jung, kekasihnya.
Si gadis mengenakan seragam sekolah yang berwarna senada dengan pemuda itu. Wajahnya terlihat mempesona ketika terkena pantulan remang lampu-lampu jalanan yang mulai menyala menerangi jalanan Seoul. Rambut dengan poninya yang panjang hingga sedagu itu tergerai amat sempurna. Sedikit menunduk, perhatian gadis itu sepenuhnya berada di atas lembar halaman sebuah novel bersampul merah yang sedari tadi di bawanya. Dimata sang pemuda saat ini, gadis itu bagai sebuah potret lukisan Picaso yang sangat indah dan bercahaya.
“Jangan memperhatikanku seperti itu Jongin-na” gumam gadis itu dengan masih terfokus pada novel yang ia baca.
Pemuda tadi akhirnya tersenyum kecil ketika sang gadis memanggil namanya. Namun seakan pemuda bernama Jong In itu tidak mengidahkan perkataan Soo Jung. Maka, tangannya pun bergerak. Perlahan disibakkan sedikit helai rambut Soo Jung yang menghalanginya untuk melihat lebih jelas wajah sang gadis.
“Benar-benar keras kepala” gumam Soo Jung sebal lalu menutup kasar novel bersampul merah miliknya. Jongin tetap tidak mengatakan apapun. Sudah tiga tahun mereka bersanding sebagai sepasang kekasih. Dan Jongin sangat menikmati moment ini. Saat-saat dia mengantar gadis itu pulang sekolah. Berdua saja. Hanya berdua.
Jong In kembali teringat ketika ia bertemu dengan gadis itu. Kira-kira delapan tahun yang lalu. Awal musim semi yang dingin. Ia melihat gadis itu sedang memetik bunga liar di tepi jalan yang sepi. Kala itu mereka sama-sama masih muda. Masih kanak-kanan dan buta akan cinta. Tapi tidak dapat dipungkiri, saat itu ia merasakan dadanya bergetar hebat. Hebat sekali, sampai-sampai dia lupa diri.

Because first love is beautiful
A first love is flower

Rasa yang menakjubkan kemudian tersentuh hingga di nadi-nadinya. Rasa itu, rasa cinta. Rasa yang begitu dahsyat menjalar dalam memorinya. Dan rasa itu menjadi begitu sempurna mengubah hidupnya. Apalagi setelah ia mengatakan cinta. Setelah ia mendapatkannya. Gadis itu, cinta pertamanya.

Blooming widely when spring comes
Dazzling like a flower

Jongin meraih tangan kanan Soo Jung dan menelusupkan jemarinya diantara jemari-jemari gadisnya yang lentik. Ia menggenggam tangan Soo Jung erat. Soo Jung terlihat tidak terkejut ataupun menolak perlakuan Jongin. Gadis itu sedikit menyamankan posisi duduknya, hingga kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Jongin. Jongin menggenggam tangan gadisnya makin erat. Ia menempelkan pipinya di puncak kepala Soo Jung. Menerima dengan senang hati ketika gadis itu bersandar padanya.
“Jongin-na” bisik Soo Jung lembut.
“Hmm” sahut Jong In dan menggesekkan perlahan pipinya di puncak kepala Soo Jung. Seakan memberi pertanda bahwa dia ada disana, disisinya, dan tidak akan meninggalkan gadisnya.
“Jongin-na” bisik Soo Jung lagi. Kali ini suaranya lebih redup. Soo Jung menutup matanya perlahan. Membiarkan rasa kantuk itu menggelegar menguasai otaknya. Membiarkan imajinasi yang fantastis terlukis dalam benak. Berharap, dia akan bertemu dengan Jong In dalam mimpinya.
“Selamat tidur Soo Jung, aku akan membangunkanmu ketika kita sampai nanti” gumam Jongin membuat gadis itu tersenyum sebelum benar-benar terlelap.
Jongin sedikit menunduk. Melihat bahwa Soo Jung tersenyum kecil, terlihat begitu nyaman dalam tidurnya. Jongin mengusap pipi Soo Jung. Ia menyukai senyum itu. Senyum kecil yang mendamaikan hatinya.
“Aku mencintaimu Soo Jungie” bisik Jongin tulus, meski gadis itu tidak mendengarnya.
.
.
.
.

“Kim Jong I-in”
Jong In membelai pipi gadis itu. Tangannya bergetar hebat memandang wajah bidadarinya itu begitu pucat. Begitu lemah. Begitu rapuh.
.
.
.
.

Ruangan itu sangat luas. Meja-meja kayu dengan kaki-kakinya yang sengaja didesain tinggi itu tertata di tepi-tepi dinding. Sementara ditengah, baris-baris rak kayu yang menjulang menunjukkan kesan kuno.
Hari ini, perpustakaan itu terlihat sepi. Seorang penjaga tidak satupun terlihat duduk nyaman ditempatnya. Rak-rak kayu yang sudah tua dan berdebu itu bahkan seakan bosan menghuni tempat itu selama bertahun tahun. Namun, diantara kesunyian itu terdengar gesekan kasar pena dan suara seorang gadis.
Disana, diantara meja-meja kayu di tepi dinding, sebuah jendela terbuka amat lebar. Membuat cahaya yang terkekang itu, kini dapat bebas menerpa masuk. Cahaya itu menerjang sosok seorang gadis dengan seragam khas sekolahnya yang tengah duduk menghadap sang jendela.
“Kim Jong In” bibir gadis itu bergumam pelan. Tangannya yang lincah menggerakkan pena hitamnya diatas lembar sebuah buku kecil miliknya.
“Kim Jong In” kata gadis itu lagi dan mengeja nama itu. Menulis nama itu berkali-kali hingga buku itu terlihat penuh.
“Kim Jong In” Angin berhembus pelan, membuat rambut panjangnya itu menari lemah seiring suara gesekan penanya yang semaikin kuat.
“Kim Jong In” suaranya bergetar, meski tangannya tanpa lelah bergerak menuliskan nama itu.
“Kim Jong In” ia menancapkan ujung penanya kuat-kuat, hingga kertas pada lembar itu sobek. Gadis itu tak peduli.
“Kim Jong In” tangannya bergerak lebih cepat, bahkan kini ia membuat lembar-lembar kertas di bukunya tercabik-cabik karena menekan penanya terlalu kuat.
“Kim Jong__”
“Cukup Soo Jungie” gadis itu nampak terperanjat ketika tiba-tiba sepasang tangan memeluk pundaknya dari belakang. Sentuhan yang amat dihapalnya, suara yang sangat familiar digendang telinganya. “Kau akan baik-baik saja. Kau tak akan melupakan namaku”
“Jong In” gumam Soo Jung datar menyadari siapa orang itu.
“Hmm” sahut Jong In tanpa melepas pelukannya. Ia menaruh dagunya dipucuk kepala Soo Jung.
“Bagaimana kalau aku lupa dengan namamu?” pertanyaan itu menghunus dada Jongin. Sakit. Sakit sekali.
“Aku. Aku akan mengingatkanmu”
Soo Jung terdiam mendengar jawaban Jongin. Ia menatap buku kecil yang terlihat mengerikan dihadapannya kini. Sangat berantakan, sobek disana-sini karena ulahnya.
“Bagaimana, kalau aku pergi?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Soo Jung. Tidak ada setitik air matapun yang keluar dari gadis itu saat mengatakan hal tersebut. Yang ada hanyalah ketegaran, ketegasan. Sorot mata gadis itu telah menunjukkan betapa kuat dirinya. Betapa gadis itu mampu untuk bertahan jika Jong In tetap disisinya.
“Tidak akan” kata Jong In sangat cepat. Soo Jung tersentak ketika Jongin mengeratkan pelukannya. Tangan kokoh laki-laki itu, kini bergetar. “Aku tidak akan membiarkanmu pergi”
Jong In bersumpah tidak akan meninggalkan gadis ini. Tidak akan.
.
.
.
.

 “Kim J-Jong In” bibir kering gadis itu bergerak kecil, seiring suaranya yang semakin redup. Raganya seakan melemah, bahkan untuk membuka lebar-lebar kelopak matanya amat begitu berat.
.
.
.
.

Pemuda jangkung itu menatap panutan dirinya di sebuah cermin yang berukuran enam kali lebih besar dari dirinya. Ia tengah mengenakan kemeja berlapis tuxedo hitam mengkilat yang membuat dadanya nampak lebih bidang. Ia benar-benar terlihat lain dibandingkan ketika mengenakan seragam sekolahnya. Bahkan ia sampai terheran-heran menemukan sisi lain darinya. Sosok seorang pemuda yang amat ia kenal di cermin itu adalah dia sendiri. Namun kenapa bayangan dirinya yang terpantul memiliki suatu aura yang begitu berbeda?
“Jong In!” Pemuda bermata tajam dan jangkung itu menoleh ke arah sebuah tirai besar dimana sosok seorang wanita yang sangat ia kenal baru saja keluar dari tirai itu. Wanita itu berambut panjang dan sedikit ikal. Matanya menyipit, seiring dengan senyumnya yang melebar.
“Yuri noona?” panggil Jong In ketika mendapati noonanya itu menampangkan wajah yang melukiskan betapa puasnya ia.
“Kau harus mentraktirku untuk ini” kekeh si wanita yang lebih tua tepatnya tiga tahun dari Jong In.
Wanita bernama Yuri itu berjalan sedikit menyingkir ke ujung tirai putih yang masih tertutup.  Ia sedikit menunduk dan kemudian perlahan menarik tali yang otomatis membuat tirai itu terbuka.

My baby, illa illa illa

 Jantung Jong In lantas berdebar memandang sosok dibalik tirai itu. Seorang gadis cantik dengan high hills putih bertabur berlian sebagai alas kakinya. Ia mengenakan sebuah gaun putih tanpa lengan yang menonjolkan kaki jenjangnya. Rambut hitam sang gadis yang tadinya lurus itu berubah menjadi ikal lembut dengan sebuah tiara kecil yang tersemat di atas kepalanya. Terlihat ia juga menggenggam sebuah buket bunga mawar putih berukuran mini yang melengkapi penampilannya.

Baby illa illa illa
Baby illa illa illa

“Soo Jungie” gumam Jong In memastikan bahwa bidadari itu adalah kekasihnya. Tapi gadis jelita itu tidak menjawab, pipinya terlihat memerah.
“Kau berjanji padaku” ujar Soo Jung. Ia tidak menatap Jong In. Kali ini jantungnya seakan hampir meledak tak karuan ketika melihat pemuda itu menatapnya dengan sorot yang lain. Sorot kagum, cinta, bahagia.
Jong In melirik wanita yang tak jauh dari tempat Soo Jung berdiri. Ia menatap noonanya itu dengan tatapan memohon.
“Pergilah” ujar Yuri dengan senyum simpul, terlihat begitu tersentuh dengan pengorbanan dan kelakuan adiknya itu.
Jong In dengan gagah mendekati Soo Jung dan meraih tangan gadis itu. Soo Jung menatap Jong In tak percaya. Dan pemuda itu membalas Soo Jung dengan sebuah bisikan hangat.
“Aku pernah berjanji akan melakukan ini kan?”
Lantas, Jongin menarik tangan Soo Jung.
“Jaga dia Jong In!” seru Yuri ketika melihat sejoli itu hampir keluar dari sebuah Toko butik kecil miliknya. “Dan jangan merusak karyaku!”
Sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta itu berlari tanpa melepaskan tautan tangan mereka. Orang-orang memandang mereka berdua, nampak tertegun, ataupun terkejut. Namun Jong In tidak melepas tangannya yang menggenggam Soo Jung erat. Mereka berdua tertawa. Saling tersenyum satu sama lain.
Hingga kemudian Jong In menghentikan langkahnya di tepi trotoar yang cukup ramai. Ia ingin segera menumpahkan rasa ‘itu’, tanpa peduli orang-orang mendelik ngeri disekitar mereka.
“Aku mencintaimu JUNG SOO JUNG!” Teriaknya tanpa malu disela helaan nafasnya yang tersengal.
Kemudian, tangan Jong In terulur, meraih pinggang ramping Soo Jung. Mendekatkan tubuh mungil gadisnya itu ke pelukannya yang hangat. Disambarnya bibir Soo Jung dengan cepat, membuat gadis itu kaget dan refleks mendorong dada Jong In. Namun pemuda itu lebih kuat. Dibungkamnya lagi bibir gadisnya itu, dan dilumatnya lembut, penuh cinta, penuh rasa sayang dan kehangatan. Soo Jung tidak dapat menolak, dengan senang hati ia membalas sentuhan kasih pemuda. Sementara orang-orang disekitar mereka memperhatikan aksi Jong In diiringi siulan beberapa pemuda bermaksud menggoda.
“Aku mencintaimu Soo Jung,” Bisik Jong In lembut setelah melepas kecupannya.
Soo Jung memandang pemuda dihadapannya kini dengan rasa syukur diantara nafasnya yang memburu. Namun sejurus kemudian, raut wajah Soo Jung berubah menjadi sebal.
“Ah!”
Ia memukul kepala Jong in dengan ujung buket yang dibawanya sedari tadi. Jong In sedikit mengaduh dan menggosok kepalanya perlahan. Dilihatnya Soo Jung, berharap gadis itu tidak marah. Apakah ia telah mempermalukan gadisnya itu?
“Jangan berhenti disini bodoh” kata gadis itu dan tersenyum penuh makna. “Tentu saja aku juga mencintaimu”
Jong In lega mendengarnya. Dadanya berdesir, dan sejuk. Rasanya seperti ada air yang baru saja mengalir membasahi kerongkongannya.
Kajja” gumam Jong In sambil menunjukkan telapak tangan kanannya pada gadis itu. Soo Jung tersenyum senang dan membalas uluran tangan kekasihnya. Membiarkan sang pemuda dengan lantang menggenggam tangannya.
Merekapun kembali berlari pergi dengan cinta sebagai penunjuk jalan kemana kaki mereka akan melangkah. Hingga lelah memburu raga mereka.

Never forget love


Jong In. Pemuda itu berusaha tegar ketika menginjakkan kakinya di lorong-lorong putih yang seakan sedang menelannya. Wangi obat yang berbaur dengan bau-bauan alkohol menggelitik benaknya yang kosong itu. Langkahnya semakin berat dan terhenti mendadak ketika mendapati dua sosok disana. Seorang wanita yang telah paruh baya yang terisak di pelukan seorang laki-laki dewasa.
“Yonghwa hyung” panggil Jong In dengan tatapan datar. Ia benar-benar tidak dapat mencerna apa yang tengah terjadi. Laki-laki bernama Yonghwa itu mendongak melihat sosok Jong In yang berdiri dihadapannya. Tampak lah jelas, Yonghwa berusaha menutup rapat bibirnya untuk bergerak.
“A-adikku, dia..” Seperti ada rasa takut yang terlukis dari kilat kedua mata Yonghwa saat mengucapkan setitik kata itu.
Sadar dengan kehadiran Jong In. Wanita paruh baya yang tadi tersedu itu, kini menepuk pundak Jong In. Kerutan dibawah matanya terlihat makin jelas, menghias kelopak bawah matanya yang sebenarnya indah. Mirip dengan mata Soo Jung.
“Ku mohon.” Jongin mendengar suara itu terlihat amat getir dan menyakitkan. “Jangan masuk nak Jong In. Anakku begitu tercengang ketakutan ketika kami berdua menghampirinya. Kami yang jelas-jelas keluarganya!”
Nafas Jong In memburu kemudian. Paru-parunya terasa menyempit.
“Kenapa secepat ini?” gumam Jong In dan menggeleng pelan meyakinkan dirinya bahwa Soo Jung baik-baik saja, bahwa gadis itu tersenyum dan masih ingat akan dirinya. Namun cara itu tak berhasil membuatnya lebih tenang. Sama sekali tidak.
Jong In mengarahkan pandangannya pada sebuah pintu putih yang kini tampak menakutkan baginya. Kakinya bergerak menutup pintu itu, diiringi suara tangis yang pecah dari ibunda Soo Jung.
Dan gadis itu benar ada disana. Wajah cantiknya itu kini berubah menjadi wajah yang terlihat ketakutan. Gadis itu dengan panik melihat kedatangan Jong In.
“Siapa kau?” katanya dengan tatapan merasa terancam. Suaranya begitu kasar. Jauh berbeda, ketika gadis itu memanggil namanya dengan lembut, dengan kasih sayang.
Jong In menutup mulutnya begitu kaget. Matanya terbuka lebar mendengar Soo Jung menanyakan satu hal yang sangat ditakutkannya. Kenyataan yang seharusnya Jong In tahu nantinya akan seperti ini, namun nyatanya, semua tetap begitu menyakitkan. Pada akhirnya, gadis itu benar-benar lupa akan dirinya, akan keberadaanya, akan cinta mereka berdua.

Seeing as a first love is painful

“Soo Jungie” panggilnya dan mendekat pada gadis itu. Namun gadis itu terlihat ketakutan dan berusaha menjauh darinya. Seakan-akan Jong In adalah seorang penjahat yang datang untuk menculiknya.
Jong In meraba dadanya. Sesuatu yang ganjil berada disana. Seperti ada yang baru saja menancapkan sebilah pisau di jantungnya. Rasanya sakit, perih.
Kini ditatapnya sendu gadis itu, kekasihnya.
Penyakit itu.
Kenapa penyakit itu harus memilih tubuh gadisnya?
Kenapa?

A first love is like fever

Dadanya terasa sesak. Tiba-tiba air mata yang sedari tadi disimpannya, kini mengalir begitu cepat menampar wajahnya.
“Aku mencintaimu Jung Soo Jung” gumamnya tanpa menghiraukan tatapan asing gadisnya itu. “Aku tetap mencintaimu apapun yang terjadi” Jong in memukul dadanya. Berharap, rasa sakit yang menggumpal disana akan sedikit terelakkan. Namun rasa sakit itu tidak berkurang. Sama sekali tidak.
“A-apa maksudmu?!” Tatapan dangkal Soo Jung membuat kerongkongannya terasa kering. Gadis itu begitu dingin padanya. Senyum manis yang selalu diberikan gadis itu padanya, kini lenyap begitu saja.

Because a first love can never be
A first love is lingering attachment

“Kumohon” rintih Jongin. Suaranya bergetar hebat. “Biarkan aku menjagamu dan membuatmu tersenyum,” Hatinya begitu sakit. Sakit yang tidak dapat disembuhkan oleh siapapun kecuali cintanya, kekasihnya, Soo Jung. “…hingga akhir sekalipun.”

Because you can’t have it since you loved too much
.
.
.
.

“Kim-m Jong__”
Jong In mencium bibir gadisnya. Ia membungkam bidadarinya itu untuk bersuara. Manahan polemik rasa yang mencekam batin dan jiwanya. Mencoba mengelak dan berlari dari rasa takut jika  kekasihnya itu akan pergi jauh meninggalkannya dari dunia yang fana.
Namun rasa ketakutannya seakan melolong riuh rendah diotak Jong In. Tidak ada yang bisa membantunya. Tidak ada. Selain titik-titik air mata Jong In yang jatuh menemani kecupan hangat yang ia berikan sebagai hadiah perpisahan untuk bidadarinya, Jung Soo Jung.
“Aku mencintaimu” bisik Jong In perlahan di daun telinga Soo Jung. Dilihatnya wajah Soo Jung yang cantik itu tersenyum kecil. Gadis itu akhirnya telah pergi. Bidadarinya.
Jung Soo Jung telah pergi dengan bahagia dan damai.
.
.
.
.
.

My baby illa, illa, illa
My baby illa, illa, illa
My baby, Good bye

***THE END***


Whaaahh, ending juga akhirnya. Disini Krystal sakit yak, tapi saya juga ga tau dia sakit apa (?) lol. Yah, intinya dia sakit tapi meninggal dengan tenang karena ada Jong In disisinya. Dan, Jong In ga bisa bersama cinta pertamanya. (Mianhe Jonginnieee) Tapi berhubung ini One Shot, saya jadi ga bisa bikin kenangan manis Soo Jung-Kai lebih banyak lagi (Mian T__T). Eng ing eng… comment guys…
Kali ini kai-stal.. maybe next FF… saya akan bikin Myungstal
ata u.. Minhyuk-Krystal ??
Seperti gambar yg udah pernah aku share beberapa waktu lalu… emg udah ada ide bwt bikin Krystal mata duitan and fashionista bersama Minhyuk si cowok cupu yg ngejar-ngejar Krystal.. tpi idenya mentok T__T lol.
hohooo komen komen guys!!

Sabtu, 29 September 2012


12 GUARD, 1 PRINCESS

CAST: EXO ft KRYSTAL JUNG
genre: mystery, fantasy, romance

... [prolog]

Judul : ...
Penulis : LovelySuju4ever
Rating : (ON WRITING) T- Teen, 13+
Karakter : ...
Disclaimer : [?]Ini cerita fiksi, jangan dianggap beneran… he..he… Lagian saya juga Cuma isenk doang…
Misteri, Romantic, Action, Fiksi,


...





PROLOG


Krystal terus berlari tanpa memperdulikan keringat yang sudah bercucuran didahinya. Ia membelok ketikungan dan membentur dinding.

JALAN BUNTU, pikirnya,

sial, ia tidak bisa lari lagi.

Skakmat!” ucap sosok itu dari kegelapan. Suara lagkahnya yang pelan menggema di dalam lorong remang-remang itu.

Krystal mencoba berlari tapi ia terus menabrak dinding lain yang licin dan dingin.

Aku terperangkap”, katanya dalam hati.
-----------------------------------------------------------------------

MONEY VS LOVE


[ONE SHOT] RESET

Inspiration from my favorite song, Super Junior – Reset . And MV of DBSK – Daushite
^^
Title : ResetGenre : Drama, Romance
Author : Tinkerbell Rating : 13+ [ ONE SHOT ]Cast : Choi Min Ho SHINee, Jung Krystal (Soo Jung) f(x), Park Thunder(Chundong) MBLAQ
OST : Super Junior – Reset, DBSK - Daushite
DISC : This fic was made by me. This is my first one shot inspiration from my favorite song, XD. Hope You Enjoy . Happy reading! I make this fic just for fun! so please don’t sue me. 
 

[ONE SHOT]


RESET


Press the reset….
***

Tempat itu cukup sunyi. Yang terdengar samar hanyalah suara kicauan anak-anak burung yang kelaparan disarangnya. Kemudian suara angin dingin berhembus membawa hawa es. Pepohonan tinggi yang daunnya menguning terlihat menggigil. Mereka bergetar seiring melepaskan daun-daunnya yang kering satu persatu. Tanaman-tanaman kecil mulai mengering dan berwarna hijau kecoklat-coklatan. Mereka merunduk malu seperti ingin menyembunyikan jati diri. Taman kecil dan semua bagian anggota yang tadinya rindang, damai dan sejuk, kini sunyi dan tak berdaya. Matahari-pun seakan mengkerut untuk melawan musim gugur yang begitu dingin tahun ini.
Suara lain muncul mengisi mini orchestra sang taman kecil yang membeku. Suara tapak kaki yang terdengar berat dan cukup keras. Tak lama kemudian, suara itu disusul oleh sosok pemuda jangkung yang sedang berjalan gontai. Ia begitu gagah dan tampan dengan jas hitam dan sepatu hitam mengkilat yang ia kenakan.
Tap…
Langkah pemuda tampan itu lalu berhenti, tepat di depan sebuah bangku taman besi bercat putih. Ia tersenyum, bangku itu mengingatkan ia akan kenangan-kenangan indahnya di masa lalu. Si pemuda bergerak mendekat, ia menekuk lututnya dan duduk di bangku taman itu. Seketika itu juga, dapat dirasakannya suhu dingin si bangku yang menjalar dan meresap hingga kedalam hatinya.
Tiba-tiba Ia teringat suatu kenangan. Benang kusut kembali terurai satu persatu.

“Kau dimana sekarang? Bagaimana dengan tugas Geografimu?”
“Di taman kota. Aku sedang menunggu Oppa. Aku benar-benar lapar T.T”
“OK, aku akan menyusul kesana dan membawakan sesuatu untukmu.”
“Ah! Jeongmal? Gomawo Oppa!”
Awal musim semi yang mendingin. Angin berhembus kencang menyapu daun-daun kering yang mengotori jalan. Orang-orang meringkuk sembari melangkahkan kaki dengan cepat ke tempat tujuan. Seorang pemuda jangkung, berhidung mancung dan matanya yang besar berbinar-binar. Ia berjalan begitu cepat diantara yang lain. Seragam SMA yang masih dikenakannya terlihat mencolok. Ia tak memperdulikan orang-orang yang memandanganya aneh dan terus berjalan sambil berlarian kecil. Ditangannya ada sebuah bungkusan kecil dengan uap putih mengepul mengitarinya.
Tap... Tap...
Pemuda jangkung itu mulai berlari leluasa ketika jalanan mulai sepi oleh lalu lalang manusia yang menghambatnya ketempat tujuan. Sementara senyum yang khas tak henti-hentinya membekas di wajah, seakan tempat tujuan itu sangat berarti.
Mulailah nampak sebuah taman kota yang rindang dengan pohon-pohon berdaun kecoklatan. Tempat itu sepi di musim semi. Tak ada seorangpun disana, namun tingkah pemuda itu terlihat sedang mencari seseorang dengan semangat.
Tiba-tiba, kaki pemuda itu terhenti. Senyum dan semangatnya surut begitu drastis. Nafasnya terengah dan jiwanya bergejolak. Dadanya seakan mengkerut dan membuatnya sesak. Gadis itu, perempuan yang sedang mengisi hatinya, tempat tujuannya.
Gadis berambut panjang dan ramping, Ia duduk di sebuah bangku taman di yang membelakangi pohon besar. Gadis itu tak duduk sendirian, ia sedang tersenyum pada sosok lelaki tampan di sampingnya yang menatapnya begitu dalam. Wajah mereka mendekat perlahan. Sebuah ciuman mesrapun terkait. Dunia seakan milik mereka berdua. Sedang Pemuda jangkung yang telah surut semangatnya itu, memerah matanya. Dunia seakan begitu indah dan buruk disaat yang sama.


Laki-laki tampan itu menghirup nafas begitu dalam. Dadanya terasa begitu sesak. Memori yang lain menyusul, seakan menyapanya.
Pemuda jangkung dengan hidung mancungnya yang khas. Berkali-kali memeriksa jam tangan digitalnya sambil menulusuri pandangan taman disekelilingnya. Sepi, seperti biasanya di musim gugur yang dingin. Namun ia justru tersenyum, membayangkan seorang gadis datang dan menyapanya. Baru memikirkannya saja, itu sudah menjadi isotonik yang luar biasa.
“Oppa!” Suara seorang gadis menyapa sembari berlari tergesa. Gadis itu dibalut baju hangat dan celana jeans putihnya. Ia tersenyum begitu cantik, laksana bidadari yang elok.
“Ada sesuatu hal yang ingin aku katakan” ucap si Pemuda antusias namun gadis itu justru melompat kegirangan dan seakan tak memperhatikan ucapan si Pemuda.
“Oppa!!!! Lihat! Lihat!!” seru gadis itu begitu bahagia. Tangannya terangkat. Dan terlihat sebuah cincin silver tersemat disalah satu jemarinya “Chun Dong oppa melamarku!”
Pemuda yang awalnya terlihat antusias itu, turun semangatnya. Dunia seakan jatuh tepat di depannya.
“Apa?” katanya hampir seperti bisikan “Bukankah kau bilang. Kau dan dia sudah berakhir?”
“Aniyo~. Ia menemuiku tadi pagi, dan kemudian melamarku” lanjutnya “Aku sangat bahagia”
Pemuda itu tersenyum miris. Andai saja ia lebih cepat untuk mengatakannya. Andai saja ia lebih cepat untuk mengambil keputusan. Gadis itu akan ada di pelukannya. Gadis itu tak akan pergi lagi darinya. Cukup satu kata yang sangat ingin dikatakan saat itu. Saranghae~

Si Pemuda kini tersenyum. Kenangan lama yang mengiris hatinya. Luka Lama. Kapankah ia benar-benar bisa melupakannya?
Pemuda jangkung itu meraba lengan si bangku yang didudukinya. Ia terdiam ketika membayangkan musim - musim panjang yang telah dilewati oleh bangku itu. Kedinginan, kepanasan, tercoreng, tergores. Laki-laki itu mendengus lemah.
“Bagaimana kabarmu?” Tanya si pemuda seakan bangku itu mengerti dengan apa yang ia tanyakan “Lama kita tak berjumpa.” lanjutnya sembari menerawang ke angkasa “Masih ingatkah ketika terakhir kali aku kemari dengan seorang gadis?” gumamnya “Gadis cantik berhati lembut dengan cahaya mentari ketika ia tersenyum”
Hening kemudian tak ada suara apapun. Si Pemuda menunduk, memandang buku-buku tangannya yang serasa membeku karena hawa dingin. Seakan ia membayangkan gadis itu duduk disampingnya, tersenyum dan menggenggam tangannya ketika ia gugup.
Hari ini adalah hari yang paling istimewa untuknya” Katanya sembari tersenyum penuh makna.
Ia menarik ringan lengan jas hitamnya memperlihatkan sebuah arloji perak yang melingkar di pergelangan tangan. Detak jarum arloji terdengar membahana di otaknya.
Drrt
Laki-laki itu tersentak kaget, ia meraih kantong celananya dan mendapati handphone flip flapnya bergetar. Sebuah new message tertera di layar LCD handphone. Ia membuka handphonenya dan membaca.
From: Soo Jung
Min Ho oppa!!! Jangan telat!
Aku ingin melihatmu di barisan depan ^^

Laki-laki bernama Min Ho itu, tersenyum kecil. Ia mengetik beberapa kata untuk membalas message Soo Jung. Kemudian, dipandangnya, foto seorang gadis cantik yang menghiasi wallpaper handphonenya, Jung Soo Jung.
Sebentar lagi” gumam si pemuda tanpa melenyapkan senyuman. “Sebentar lagi ia akan pergi, sahabatku, cinta pertamaku”
Angin berhembus sendu. Menyapu segala sesuatu dan menggoyangkan dedaunan pohon, menimbulkan suara gemerisik lembut. Kepak sayap induk burung kemudian terdengar. Ia kembali ke sarang membawa sarapan dengan disambut oleh jeritan bahagia dari anak-anaknya.
Rasanya seperti baru kemarin, aku bertemu dengan'nya'” Pemuda jangkung itu menutup dan memasukkan handphonenya kembali ke kantong celana. Kemudian ia berdiri dan menghirup nafas dalam-dalam. “Tak terasa, sudah sepuluh tahun kami bersama,” kata selanjutnya seakan tercekat di tenggorokannya “__hanya sebagai sahabat
***
Lonceng Gereja berbunyi merdu menggetarkan hati siapa saja yang mendengarnya. Orang-orang telah ramai menunggu pasangan bahagia keluar dari Gereja setelah pengucapan janji ikrar mereka. Dalam selang waktu cukup cepat, pasangan pengantin itu pun keluar disambut dengan lemparan-lemparan bunga mengiringi langkah mereka.
Chukae!!” teriak orang-orang itu. Pasangan berbahagia itu membalas dengan bungkukan kecil dan senyuman, tanpa melepas tangan mereka yang saling bertumpu satu sama lain. Sedangkan, sang mempelai wanita, masih menggenggam buket bunganya.
Pemuda jangkung itu, Choi Min Ho. Ia ada disana. Berdiri dengan tatapannya yang datar.
Apa kau bahagia?” bisik Min Ho ditengah keramaian. Ia tak bergerak ketika gadis itu, Jung Soo Jung, tersenyum kepadanya “Ya” jawab Min Ho kemudian tersenyum penuh makna “kau sangat bahagia”
Soo Jung melambaikan tangannya dan tersenyum. Gaun pengantin warna putih berenda membalut tubuhnya yang ramping. Ia terlihat bagai seorang putri yang begitu anggun. Gadis itu menoleh ke pendamping hidupnya, Park Chun Dong. Pemuda itu sangat terlihat gagah dan tampan dengan jas putih yang dikenakan.
Chun Dong, laki-laki itu tak asing dimata Min Ho. Laki-laki yang mencium Soo Jung dibawah pohon waktu itu. Laki-laki yang telah membuat gadisnya jatuh hati. Laki-laki yang telah membuat semua impiannya runtuh. Rasa kecewa, benci, bergejolak dalam dadanya. Tapi apa mau dikata? Waktu tak dapat terulang kembali.
Press The RESET........
Min Ho menghela nafas panjang. Seandainya ia lebih cepat, laki-laki yang ada disamping Soo Jung, pastilah adalah dirinya. Pasti dialah yang tertawa dan tersenyum begitu lebar. Pasti dialah yang mengucapkan ikrar. Pasti dialah yang akan menyematkan cincin di jemari Soo Jung. Pasti dialah yang akan mengecup bibir gadis itu.
Press The RESET........
Apakah keajaiban itu ada? Apakah keajaiban akan membawanya ke masa lalu?
Kyaaa!!” Orang – orang disekitar Min Ho berteriak. Mereka tengah bersiap, disaat Soo Jung telah menghadap kebelakang untuk melempar buket bunga yang sedari dibawanya.
Ha...na...dul.......set....!”
Buket bunga mawar putih itu terlempar cukup tinggi. Ia sempat berputar diudara sebelum akhirnya dengan keras mendarat dikepala Min Ho. Min Ho menangkapnya dengan gesit lalu meringis kesakitan mengusap-usap kepalanya. Ia mendongak, dilihatnya Soo Jung sedang tersenyum puas ke arahnya.
Press The Reset.........
Press Press THE RESET...........


Menyesal

By: author

Kau begitu cantik
Gaun putih yang anggun
Mata jernih yang terbuka lebar
Wangi bunga mawar yang menyeruak

Apakah kau bahagia?
Kau menatapku dari jauh dan tersenyum
Ya, kau benar-benar terlihat bahagia

Aku begitu menyesal
Andaikan waktu bisa kuputar kembali
Rasa hati yang bergejolak ini
Tak akan kupendam
Tak akan kusimpan

Tapi aku terlambat
Kau telah mengatakan ‘aku bersedia’
Dia menyematkan lingkar emas pada salah jemarimu dan kau juga
Kemudian dia mengecup bibirmu mesra
Semua bersorak sorai, dan aku hanya tersenyum

Kini aku sadar,
Jarak ku padamu, terlalu jauh untuk ku arungi
Mungkin memang harus berakhir seperti ini

Hiduplah bahagia dengan dirinya


Apakah penyesalan ini akan pudar seiring berjalannya waktu? Meskipun hati tetap terluka. Selama gadis yang dipuja bahagia. Pemuda itu juga akan merasakan hal yang sama.
Karena kehidupan itu tak segampang saat kita menekan tombol reset. Semua tak akan bisa kembali ke masa lalu, yang ada hanya play. Hidup selalu kearah masa depan.
***
THE END


ONE SHOT PERTAMA SAYA wkwkwkwk
Maaf log jelek bgt, hehe~ harap maklum, ini baru pertama kali bkin FF one Shot lol
Mohon comment ya ^^
NO SILENT READER!!!!
On-Key?!!!